Rabu, 18 Agustus 2021

Baiti Jannati

 Akhwat sholiha.. 

Kecantikan itu relatif, kecantikan fisik itu sementara, kecantikan itu bisa jadi anugrah atau fitnah, dan kecantikan itu adalah fitrah.. 

Pada dasarnya semua wanita itu cantik, bagaimanapun warna kulitnya, bagaimanapun bentuk wajah atau badan nya percayalah semua wanita itu pada fitrah nya cantik..

Jadi..  Bersyukurlah terlahir cantik..

Lalu jika semua wanita cantik, mengapa wanita saat ini berlomba-lomba mengeluarkan dana yang lumayan banyak untuk mengejar kecantikan fisik? bahkan rela berkorban segala nya, menahan kesakitan agar sesuai dengan cantik yang di inginkan..

Itu terjadi karena unsur penilaian dari orang lain, hal yang perlu kita ketahui, jika segala sesuatu menjadi belief termasuk belief bahwa wanita harus cantik seperti itu, maka hal ini menjadi dorongan alam bawah sadar yang menggerakkan wanita untuk berusaha semaksimal mungkin tampil cantik.

Sehingga tolak ukurnya kecantikan menurut mereka itu adalah orang lain, sedangkan tadi yang disebutkan cantik itu relatif beda-beda orang dalam menilai kecantikan. 


 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَّلَاُ ضِلَّـنَّهُمْ وَلَاُ مَنِّيَنَّهُمْ وَلَاٰ مُرَنَّهُمْ فَلَيُبَـتِّكُنَّ اٰذَا نَ الْاَ نْعَا مِ وَلَاٰ مُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يَّتَّخِذِ الشَّيْطٰنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَا نًا مُّبِيْنًا ۗ 


"dan pasti akan kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka, dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya). Barang siapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata."

(QS. An-Nisa' 4: Ayat 119)

Berapa banyak manusia khususnya wanita yang terperdaya oleh penilaian orang, tak sedikit pula yang melakukan oprasi plastik hingga merubah ciptaan Allah, karna insecure yang sekarang di besar-besarkan oleh media.

Beda lagi dengan Beauty Jannati.

Mereka adalah perempuan istimewa yang membuat para bidadari surga cemburu karena kecantikan dan kemuliaan derajat mereka.

Inilah sisi menarik seorang perempuan mereka bisa memiliki peluang yang sangat besar untuk mengalahkan bidadari surga. 

Percaya ga? Makhluk dengan keindahan super menakjubkan. Mata nya seindah permata, kecantikan yang tiada sepadan di dunia, suci, tidak tersentuh,  menarik, dan selamanya perawan. Ternyata tidak lebih mulia di banding perempuan dunia yang menjadi ahli surga.

Bukankah itu sebuah kehormatan besar bagi perempuan dunia? 

Mengapa perempuan dunia bisa lebih hebat, lebih cantik, bahkan tinggi derajatnya daripada bidadari surga? 

Tentu bisa..

Karena perempuan dunia merasakan bagaimana kepayahan dalam ketaatan pada Allah. 

Merasakan lelah perjuangan menggapai ridho Allah. 

Merasakan sukarnya menghadapi fitnah dunia. 

Merasakan berat amanah untuk ta'at pada dan mendidik anak-anaknya, menyiapkan generasi hebat perjuang islam. 

Sedangkan bidadari surga, dari awal di ciptakan memang diperuntukan hanya sebagai penghias surga.


Ahli Tafsir Al-Qurthubi rahimahullah, menjelaskan bahwa wanita dunia lebih baik dan lebih cantik dari bidadari karena amal baik mereka di dunia, berbeda dengan bidadari yang langsung Allah Ta’ala ciptakan di dalam surga. Wanita dunia juga akan menjadi ratu dan tuan putri di surga. Beliau rahimahullah berkata,


حال المرأة المؤمنة في الجنة أفضل من حال الحور العين وأعلى درجة وأكثر جمالا ؛ فالمرأة الصالحة من أهل الدنيا إذا دخلت الجنة فإنما تدخلها جزاءً على العمل الصالح وكرامة من الله لها لدينها وصلاحها ، أما الحور التي هي من نعيم الجنة فإنما خُلقت في الجنة من أجل غيرها وجُعلت جزاء للمؤمن على العمل الصالح ….؛ فالأولى ملكة سيدة آمرة ، والثانية – على عظم قدرها وجمالها – إلا أنها ـ فيما يتعارفه الناس ـ دون الملكة ، وهي مأمورة من سيدها المؤمن الذي خلقها الله تعالى جزاءً له


“Keadaan wanita beriman di surga lebih utama dari bidadari dan lebih tinggi derajat dan kecantikannya. Wanita shalihah dari penduduk dunia masuk surga sebagai balasan atas amal saleh mereka. Hal ini adalah kemuliaan dari Allah untuk mereka karena bagusnya agama dan kebaikan mereka. Adapun bidadari adalah bagian dari kenikmatan surga. Mereka diciptakan di dalam surga sebagai kenikmatan bagi makhluk selainnya, sebagai balasan bagi orang beriman atas amal salihnya.

Jenis yang pertama, (yaitu wanita dunia) adalah sebagai ratu, tuan putri, dan yang memerintah. Adapun jenis kedua, (bidadari surga) dengan keagungan kedudukan dan kecantikannya – sebagaimana yang diketahui oleh manusia – maka kedudukan bidadari di bawah ratu. Dia menjadi pelayan bagi tuannya yang beriman yang Allah ciptakan sebagai balasan bagi orang beriman.” (Tafsir Al-Qurthubi, 16: 154)


Jadi Bersyukurlah wahai para perempuan dunia, dengan beramal salih dan berdoa kepada Allah Ta’ala agar dimasukkan surga Allah yang tertinggi. Kenikmatan surga tidak dapat dibayangkan sedikit pun, kecantikan para wanita surga kelak tidak bisa dibayangkan sedikit pun.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menukil firman Allah Ta’ala dalam hadis qudsi,


يَقُوْلُ اللهُ : أَعْدَدَتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَر، وَاقْرَأُوا إِنْ شِئْتُمْ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ


“Allah telah berfirman, ‘Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang salih (di surga) kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,


“Ya Rasulullah, mana yang lebih mulia, bidadari asli surga ataukah wanita dunia?”


Beliau mengatakan,


بل نساء الدنيا أفضل من الحور العين كفضل الظهارة على البطانة


Wanita dunia lebih afdhal dari pada bidadari asli surga. Sebagaimana bagian luar baju lebih bagus dari pada bagian dalamnya.


“Mengapa bisa demikian, ya Rasulullah?” tanya Ummu Salamah.


Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,


بصلاتهن وصيامهن وعبادتهن لله عز و جل ألبس الله عز و جل وجوههن النور وأجسادهن الحرير بيض الألوان خضر الثياب صفر الحلي


“Disebabkan karena mereka shalat, berpuasa, dan melakukan ibadah kepada Allah. Allah berikan dia hiasan cahaya di wajahnya, memakai sutra putih warnanya, dan baju berwarna hijau, serta perhiasan kuning mengkilap.”

Hadis ini diriwayatkan Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath (3141).


Bagaimana tidak bahagis nya menjadi beauty jannati?

Menjadi Ratu di surga dengan dilayani bidadari-bidadari surga. 


Maka dari itu tentukan pilihan dari sekarang apakah ingin menjadi perempuan sholiha yang menjadi perhiasan dunia dan ratu di surga?

Atau menjadi perempuan fitnah dunia dan merugi di akhirat?


Setelah tentukan ayo kita pelajari dan praktikan dengan hasil terbaik agar mendapat nilai plus dari Allah ta'ala. 


Darimana kita pelajari nya?  Tentulah kita pelajari dari guru kita suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW serta kita contoh dari wanita penghulu surga.


Pertama : *Meningkatkan Keimanan*

Iman itu satu akar dengan kata aman maka hanya dengan iman kita akan aman dan selamat, baik saat hidup di dunia maupun di akhirat.

Iman itu berarti keyakinan yang kukuh terhadap segala hal yang dibawa oleh Rasulullah Sholallahu'alaihi Wasalam. 

Iman bukan semata-mata penghambaan, melainkan penghambaan merupakan sebuah bukti dari keimanan. 

Oleh karena itu, untuk mengukur tingkat keimanan kita, tinggal di lihat kualitas penghambaan kita. 

Jika ibadah wajib saja masih bolong-bolong, sunah banyak ditinggalkan, abai menutup aurat ini berati kita masih jauh melampaui bidadari surga.

Pahami bahwa diri ini hanyalah hamba Allah yang berkewajiban untuk beribadah, menghamba pada Kepada-Nya. Pemahaman ini berasal dari ilmu sebab ilmu  merpukan akar pokoknya iman keyakinan haruslah berangkat dari ilmu. 

Tanpa ilmu keyakinan pun tertolak. 

Ilmu pun harus mampu melahirkan keyakinan yang akan membuat kita tunduk pasrah.

Bukanlah ilmu jika tidak membuat kita makin tunduk pada kebesaran-Nya 

Imam malik berkata : "Ilmu tidaklah dilihat dari banyak riwayat, tetapi adanya rasa khasyah, rasa takut yang menjadikan kita tunduk pada hukum dan ketetapan-Nya. 


Kedua : *Bercermin pada perempuan terbaik*

Jika daya tarik bidadari surga sebegitu hebatnya, bagaimana dengan ratu-ratu mereka? Jika kita ingin menjadi salah satu dari mereka di surga sebaiknya kita bercermin dahulu. Biasanya bercermin untuk mengoreksi penampilan kita. Apakah kerudung kita sudah pas, ada aurat yang terlihat, atau ada yang aneh di wajah kita.. Auto kan memperbaiki nya. Begitupun jika kita ingin menjadi ratu bidadari, kita harus bercermin pada para perempuan terbaik yaitu di dunia dan di akhirat. Taukah siapa mereka? 

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: حسبُك مِن نساء العالَمين أربعٌ: مريم بنت عمران، وآسية امرأة فرعون، وخديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد

Rasulullah SAW bersabda: ''Sebaik-baik wanita di alam semesta ada empat orang. Mereka adalah Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, Khadijah, dan Fatimah. (HR Ahmad).


Jika kita menelaah keempat perempuan luaar biasa ini, memiliki garis hidup yang berbeda yang menjadi cermin bagi kita. 


Ketiga : *Memperbarui Visi Misi Menikah dan Berkeluarga*

Pernikahan adalah ibadah, bahkan pernikahan merupakan setengah dien.  Jadi ketka ada yang menikah, bisa dikatakan ia sudah menyempurnakan separuh dari agama nya. 

Betapa hebat posisi pernikahan tetapi terkadang tak sebanding dengan nilai tujuan pernikahan itu sendiri.

Ada yang hanya sebatas ingin bersenang-senang dengan pasangan ada yang ingin menjauhi zina, adapula yang hanya agar dapat mendapat keturunan.

Mentaubati dosa lagi dan lagi

Judul yang Ma syaa Allah menjadi bahan tafakur buat kita semua khususnya untuk diri saya. 

Mungkin akhwat Fillah pernah mendengar atau membaca, bahwa manusia itu tidak pernah luput dari dosa.

Dosa kecil maupun dosa besar, Disadari atau tidak disadari.

Entah itu melakukan larangan-larangan Allah ataupun meninggalkan perintah Allah.


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


مَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا فَلِنَفْسِهٖ ۚ وَمَنْ اَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ


"Barang siapa mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri; kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan."

(QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 15)


seseorang yang melakukan perbuatan dosa atau melanggar hukum syariat, di dunia orang tersebut akan mendapatkan sanksi sesuai dengan perilakunya, dan kelak di akhirat ia dijerumuskan ke dalam api neraka.


Bahkan dari sisi psikologis, orang yang melakukan dosa tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.


Rasulullah SAW bersabda, ''Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju kalau hal itu diketahui orang lain.'' (HR Ahmad bin Hanbal).


Perbuatan dosa, bukan hanya berakibat kepada si pelaku, melainkan bisa juga berakibat buruk bagi lingkungan sekitar. Baik itu berakibat pada kemaslahatan maupun keamanan masyarakat. Terlebih apabila perbuatan dosa telah merajalela terjadi di segala sektor kehidupan manusia, akibatnya terjadi kekacauan dan kehancuran.


Dalam Alquran Allah SWT menceritakan beberapa negeri atau kerajaan yang hancur karena penyimpangan dan penyelewengan atau perbuatan dosa yang merajalela, seperti kaum Tsamud (suku bangsa Arab yang sudah punah, yang diperkirakan hidup pada abad ke-8 SM), umat Nabi Luth, yang diazab karena kedurhakaan, begitu juga umat Nabi Nuh yang ditenggelamkan. 


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


اَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَاُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوْحٍ وَّعَا دٍ وَّثَمُوْدَ ۙ وَقَوْمِ اِبْرٰهِيْمَ وَاَ صْحٰبِ مَدْيَنَ وَا لْمُؤْتَفِكٰتِ ۗ اَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِا لْبَيِّنٰتِ ۚ فَمَا كَا نَ اللّٰهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلٰـكِنْ كَا نُوْۤا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ


"Apakah tidak sampai kepada mereka berita (tentang) orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Samud, kaum lbrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata; Allah tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri."

(QS. At-Taubah 9: Ayat 70)


Para ulama menjelaskan semua perbutaan dosa tersebut sama sekali tidak berasal dari fitrah manusia. Manusia menurut fitrahnya lebih condong berbuat kebajikan daripada kejahatan. 


Diriwayatkan, jika manusia dihadapkan pada pemilihan alternatif mengerjakan dosa atau kebajikan, menurut fitrahnya niscaya ia akan memilih kebajikan. Karena pada dasarnya manusia bersifat suci atau baik (HR Baihaqi). Kalaupun ada yang masih melakukan dosa, itu semata-mata kelemahannya dalam mempertahankan benteng kebajikan.


Nah begitu, kita lemah seandainya kita berbuat dosa, yang besar itu apa?  Hawa nafsu kita yang mengajak kepada perbuatan dosa, hawa nafsu itu semakin dituruti semakin banyak tuntutan nya..


Jadi gimana? Bertaubatlah kembali pada Allah


Sebuah hadits yang patut jadi renungan, Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,


قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً


”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi) Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)


Hadits di atas menunjukkan bahwa Allah benar-benar Maha Pengampun. Setiap dosa –baik dosa kecil, dosa besar, dosa syirik bahkan dosa kekufuran- bisa diampuni selama seseorang bertaubat sebelum datangnya kematian walaupun dosa itu sepenuh bumi. Hal ini dikuatkan pula pada ayat dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman :


قُلْ يٰعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


"Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Mengenai hal ini, cobalah kita renungkan dalam hadits berikut. Dari Abu Huroiroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang diceritakan dari Rabbnya ‘azza wa jalla,


أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ


“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan ‘Allahummagfirliy dzanbiy’ [Ya Allah, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.”( HR. Muslim no. 2758). 


An Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘beramallah sesukamu’ adalah selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17/75)


Bahkan lagi dan lagi kita berbuat dosa Allah masih tetap mengampuni,

Namun ingat..  Taubat yang sesungguh nya itu menyadari kesalahan nya dan tidak akan mengulangi nya lagi, jangan sampai kita melakukan dosa yang sama, mending seandainya jika kita masih bisa bertaubat, seandainya kita tidak diberi usia untuk bertaubat maka menyesal..


Karna taubat yang diterima adalah taubat yang tulus. 


Allah Ta’ala berfirman,


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا


“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)


Dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa makna taubat yang tulus (taubatan nashuhah) sebagaimana kata para ulama adalah,


“Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/61)


Syarat Diterimanya Taubat


Berdasarkan penjelasan Ibnu Katsir di atas, syarat taubat yang mesti dipenuhi oleh seseorang yang ingin bertaubat dapat dirinci secara lebih lengkap sebagai berikut.


1. Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.

2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar, “Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.”[Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 203, Darul Muayyid, cetakan pertama, 1424 H] ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.[Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal]

3. Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.

4. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat. Hal ini sebagaimana tafsiran sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

5. Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.[Kami sarikan syarat taubat ini dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Sholihin]


Do’a yang bisa diamalkan adalah do’a meminta ampunan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.


Dari Abu Bakr Ash Shiddiq, beliau berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,


عَلِّمْنِى دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِى صَلاَتِى . قَالَ « قُلِ  :اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ »


“Ajarkanlah aku suatu do’a yang bisa aku panjatkan saat shalat!” Maka Beliau pun berkata, “Bacalah: ‘ALLAHUMMA INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN ‘INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHAFUURUR RAHIIM (Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) ‘.” (HR. Bukhari no. 834 dan Muslim no. 2705)


Jauhilah Lingkungan Yang Buruk Demi Memperkuat Taubat


An Nawawi mengatakan, ”Hendaklah orang yang bertaubat mengganti temannya dengan teman-teman yang baik, sholih, berilmu, ahli ibadah, waro’dan orang-orang yang meneladani mereka-mereka tadi. Hendaklah ia mengambil manfaat ketika bersahabat dengan mereka.”


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.


مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً


“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)


Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.”[Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379]


Akhwat Fillah..  Karna untuk bertaubat kembali pada Allah itu tidak bisa sendiri melainkan harus ada teman yang siap bersama kita saling mengingatkan pada Allah, seandainya kita tidak berteman dengan orang yang sholeh maka kita akan berteman dengan orang yang salah. 


Wallahu'alam bi showab mohon maaf apabila ada kesalahan semoga Allah menerima setiap taubat kita dan mengampuni setiap dosa yang kita sesali. Hanya Allah yang beri taufik

(QS. Az-Zumar 39: Ayat 53)

Ibnu Katsir mengatakan, ”Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan.

Kisah hijrah

Alhamdulillah Allah berikan saya hidayah, sehingga saya sadar hidup ini untuk apa dan akan kemana. 


Banyak temen-temen kita diluar yang belum sadar dirinya sebagai manusia yang di muliakan oleh Allah. 

Belum tau apa Tugas, peran,  dan fungsinya.


Ketika saya ingin berhijrah itu ada sejak SMP kelas 9 saat itu saya baca buku judul nya "Fiqih Remaja Kontemporer" karya nama pena Abu Al-Ghifari.

Saya lihat daftar isi nya yang salah satu nya adalah wanita tomboy disitu ada hadits yang langsung jleb menurut saya jadi sebuah penyesalan dan ketakutan. 


Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma, ia berkata, “Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,


ثَلاَثَةٌ لاَ يَنظُرُ اللَهُ عَزَّ و جَلَّ اِلَيهِمْ يَومَ القِيَامَةِ : العَاقُّ لِوَالِدَيهِ , المَرْاأةُ المُتَرَجِّلَةُ , وَ الدُّيُّوثُ


“’Ada tiga orang yang tidak akan masuk surga dan tidak akan dilihat Allah di hari kiamat kelak: Seorang yang durhaka kepada orang tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki, serta laki-laki dayyuts (tidak memiliki sifat cemburu)’” (HR. Ahmad dan an-Nasa’i)


Nah itu ga kebayang rasa nya..  Hal yang sangat di nanti bisa berjumpa denga Allah tapi Allah nya tidak akan liat kita, setelah baca, ngebayangin di cuekin oleh makhluk Allah aja sesama manusia ga enak apalagi sama Allah.


Setelah itu saya sadar tidak menerima qodrat yang telah Allah tentukan itu salah maka dari itu saya mencari tau bagaimana seharusnya bisa menjadi Muslimah. 


Pencarian saya mulai dari membaca awalnya dari buku-buku, karna kalau zaman saya SMP kajian sama youtube ceramah belum banyak seperti sekarang.


Lalu awal memakai kerudung di SMK walaupun orang tua saat itu belum mengizinkan tapi Alhamdulillah sekarang sudah bisa. 


Karna sering baca buku jadi ke temen itu suka kayak ceramah gitu, kadang di comblangin sama siapapun suka di tolak, suatu waktu temen sebangku akutuh diajakin ke Al-Fathu sama seseorang beliau ceritakan kisah nya di Al-fathu kemarin, trus dia bilang, kamu pasti bakalan suka disana karna itu type kamu banget.

Ya beberapa minggu kemudian diajakin kesana oleh temen, ternyata iya saya suka suasana nya ngeliat teteh-teteh nya pada berjilbab syari, terus ramah, ketemu sama temen smp yang salah satu ikut menjadi proses dalam berhijrah sama teh emil yang ngebimbing proses berhijrah.

Saya memperhatikan orang-orang nya, bahasan nya wawasan ke islaman yang kemas semenarik mungkin, lalu mereka terjaga ikhwan akhwat nya ga salaman.

Padahal di buku fiqih kontemporer pun dibahas terkait sentuhan dan pergaulan dengan bukan mahrom, tapi gatau mesti gimana setelah lihat di Al-fathu jadi  terbayang. 

Salaman sama temen dan guru pun sudah di hindari, mungkin orang-orang pada aneh dan risih.

Aku sendiri pun ada rasa ga enak ketika ga salam, kalau ke temen pakai dalil kalau ke guru jaga wudu walaupun masih sulit di hindari untuk ke guru. Tapi progres Alhamdulillah setelahnya mah bisa jadi biasa. Kadang sering sharing sama sahabat di Al-Fathu terkait di sekolah nya sering di sindir pakai kerudung 2 lapis karna kerudung tebalnya belum banyak yang jual masih berbahan paris.

Dari sering sharing dan kajian di Al-Fathu, sedikitnya saya sadar saya di bumi ini untuk apa dan akan kemana? 


Disini saya sadar.. 

Saya sadar bahwa saya di ciptakan oleh Allah, bukan untuk main-main, bukan untuk mencari kepuasan sendiri, atau bukan untuk  mencari dunia melainkan untuk beribadah. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ


"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."

(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)


Saya mengerti ibadah itu menjaga ketauhidan menjalan semua atas karna perintah Allah itu bukan hanya sholat.. 

Tapi dari waktu sholat ke sholat hidup saya untuk beribadah kepada Allah, bukan bermaksiat kepada Allah


Disini saya sadar.. 

Fungsi dan peran saya di muka bumi ini bukan untuk menjadi terkenal, bukan untuk mencari harta dunia, bukan untuk mencari profesi semata malainkan menjadi khalifah. 


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَـكُمْ خَلٰٓئِفَ الْاَ رْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ اِنَّ رَبَّكَ سَرِيْعُ الْعِقَا بِ ۖ وَاِ نَّهٗ لَـغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


"Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di Bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman, dan sungguh Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang."

(QS. Al-An'am 6: Ayat 165)


Disini saya sadar.. 

Bahwa kehidupan dunia itu hanya sementara, kita itu itu milik Allah innalillah dan akan kembali pada Allah wa innailahi raaji'un..

Maka dari sini pastikan jangan mati melainkan dalam keadaan muslim.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 102)


Alhamdulillah Disini saya menemukan teman-teman yang shaliha yang selalu mengingatkan dan mengajak dalam ketaatan, serta pencarian jati diri sebagai muslimah pun Allah berikan media lewat G-maps ini, sehingga tau sosok yang mesti diteladani untuk menjadi seorang muslimah. 

Serta bertemu lagi dengan orang-orang yang selalu mengingatkan pada bahaya hubbu dunya.


Semoga ini menjadi media yang dapat membantu teman-teman yang hijrah untuk lebih baik lagi.. 

Karantina Hawa Nafsu


-"Karantina Hawa Nafsu"

Judul yang Ma syaa Allah menjadi bahan tafakur kita Manusia Makhluk ciptaan Allah..

Menjadi reminder diri.

Semoga Akhwat semua dalam keadaan baik-baik saja selalu dalam perlindungan Allah untuk yang sedang di uji sakit syafakillah thohuron in syaa Allah, semoga Allah Menyembuhkanmu, semoga dapat membersihkan dosa-dosamu, jika Allah mengizinkan Aamiin.


Baik kita mulai sharing kali ini!

Definisi orang terkuat versi Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam adalah :


"Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah."

(Hadits dari Abu Hurairah dengan derajat Muttafaq 'alaih)

Mengapa bisa demikian?

Dalam diri manusia di ilhamkannya dua sifat yaitu :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰٮهَا

فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا 


"demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,"

(QS. Asy-Syams 91: Ayat 7)


Hawa Nafsu Vs Taqwa karena kedua nya akan selalu bertarung. 

Karena manusia selalu berada dalam pilhan Fujur atau taqwa. 

Lalu kenapa manusia tidak di ciptakan taqwa saja? Seperti malaikat? 

Jika manusia di ciptakan taqwa saja seperti malaikat 

Jadi..  Untuk apa di ciptakan nya manusia? Kita balik lagi untuk apa Allah menciptakan kita? Kalau sudah ada malaikat yang selalu bertaqwa kepada-Nya.. 

Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribada di dalam Qur'an surah az-zariyat ayat : 56

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ


"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."


Sehingga balik lagi ke pertanyaan mengapa harus ada hawa nafsu?

Kita merujuk kembali kedalam Qur'an Surah Asy-Syam ayat 9


قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰٮهَا 

qod aflaha mang zakkaahaa


"sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu),"

(QS. Asy-Syams 91: Ayat 9)

Kita ambil dari kata (افلح) aflaha : falah = memiliki arti tenang, bahagia, sukses, nyaman. 

Lalu ada (من) merujuk pada orang tiada batas mau itu orang tua atau anak muda, laki-laki atau perempuan pokonya bagi dirinya siapapun itu manusia

Berikutnya ada (زكها) aritnya menyucikan jiwa nya.. 

Misalnya jika kita mencuci pakaian apa yang di hilangkan kotoran nya atau pakaian nya? 

Jelas pasti kotoran nya.. 

Jadi apa atu kita kotor? Seumpama nya baju pastikan selalu kita cuci ingin kita gunakan selalu bersih apalagi dengan diri kita.. 

Karna tidak nampak tapi hati bisa merasakan karna kita memiliki taqwa, sehingga di cuci kotoran nya dengan zakkaha. 

Saya contohkan ya sifat turunan taqwa :

- Jujur

- Sabar

- Rendah Hati

Lalu lawan nya :

- Bohong

- Marah

- Sombong

Nah itu pilihan selalu ada pilihan supaya tau sifat baik nya. 

Allah menciptakan marah supaya sabar.

Sehingga teori nya jika kita melihat yang jelek lawan dengan yang baik. 

Fujur lawan dengan taqwa. 

Kita mengkarantina hawa nafsu kita supaya tidak keluar melawan taqwa memilih yang fujur.

Jika tidak mengkarantina hawa nafsu maka  Jika kejahatan dilawan kejahatan akan selesai? Tentu tidak pasti akan di balas lebih jelek lagi seterusnya.. 

Atau selain itu akan ada penyesalan.

Jadi..  Allah menciptakan hawa nafsu supaya kita menjadi lebih baik melawan keburukan dengan kebaikan. 


Selain itu kita kenali juga tingkatan nafsu yang ada di dalam Al-Qur'an :


1. Nafsu Al Ammarah bi suu’, yaitu suka menyuruh kepada keburukan. Kata tersebut  bermakna bahwa jiwa pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung melakukan keburukan. Maka dari itu, setiap orang pada dasarnya memiliki sifat untuk melakukan hal yang buruk.  


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَ مَّا رَةٌ بِۢا لسُّوْٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.""

(QS. Yusuf 12: Ayat 53)

Sehingga nafsu itu mesti dilawan dengan taqwa agar di beri rahmat. 


2 Lawwamah, yaitu menyesali diri. Dalam sifat ini, manusia sangat diwajarkan ketika merasa menyesal atas diri sendiri dan cenderung mencela dirinya. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَلَاۤ اُقْسِمُ بِا لنَّفْسِ اللَّوَّا مَةِ 

wa laaa uqsimu bin-nafsil-lawwaamah


"dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)."

(QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 2)

Annafsullawwamah, yaitu suatu keadaan di mana jiwa menyesali keadaan diri karena merasa kurang melakukan kebaikan dan menyesal atas keburukan yang dilakukan. Dalam hal ini, jiwa memiliki kesadaran akan hal itu. 

Maka dari itu kembali ke teori nya kita lawan nafsu amarah dengan taqwa agar tidak menjadi nafsu lawwamah. 

3. Muthmainnah, yaitu sifat jiwa yang memperoleh ketenangan. 

Menurut Ibnu Qayyim dalam kitab Ighatsat al-Lahfan min Masyayidisy Syaithan, 

"Apabila jiwa merasa tenteram kepada Allah SWT tenang dengan mengingat-Nya, dan bertobat kepada-Nya, rindu bertemu dengan-Nya, dan menghibur diri dengan dekat kepada-Nya, maka ialah jiwa yang dalam keadaan muthmainnah" Seperti dalam Al-Qur'an :

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً


"Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."

(QS. Al-Fajr 89: Ayat 27-28)


Maka demikianlah sesungguh jiwa memiliki kecenderungan untuk berbuat buruk karena setiap jiwa punya hawa nafsu. Namun, permasalahannya adalah bagaimaan kita mengkarantina hawa nafsu utuk tidak dituntut oleh keburukan tersebut, maka dari itu kita harus menagkan nya dengan taqwa. 


Terakhir dari saya selain dari pertarungan hawa nafsu dengan taqwa ada musuh yang nyata lagi yaitu setan, setan dapat menerobos kedalam hati kita lalu mengotorinya maka dari itu Imam Al-Ghazali memberikan pesan supaya kita dapat menghindari sifat-sifat buruk yang membuat benteng hati kita rusak dan dapat di terobos oleh setan. 

Sifat-sifat yang harus di hindari menurut imam Al-Ghazali yaitu :


1. Sifat Pemarah dan keinginan membara

2. Iri dengki dan tamak

3. Perut kekenyangan

4. Selalu berharap pemberian orang lajn

5. Selalu terburu-buru dan tidak konsisten

6. Uang, harta, kekayaan dll

7. Pelit takut miskin

8. Fanatis terhadapa mahzab tertentu dengki kepada lawan debat, dab melihat orang yang berbeda dengan pandangan merendah dan mengolok. 

9. Selalu buruk sangka terhadap orang lain. 


Itu lah hal yang tidak boleh berada dalam hati kita karna dengan itu setan dapat menerobos dan mengotori nya.. 

Jangan sampai Iman yang ada dalam hati kita terkikis oleh kotoran setan.. 


Alhamdulillah semoga kita dapat mentafakuri nya.

Terkadang teori mudah namun praktiknya luar biasa, semoga kita selalu di berikan kekuatan dan bimbingan dari Allah untuk melawan hawa nafsu. 


Jazakunallah khair akhwat semua mohon maaf apabila ada kurang dan kesalahan karna kebenaran nya datang nya dari Allah sedang kesalahanya dari saya yang fakir ilmu. 


Sekian dari saya billahi taufik wal hidayah wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. 

Remaja di Zaman Nabi


Alhamdulillah Kali ini saya akan sharing tentang Remaja di Zaman Rasulullah.

Karna Remaja itu kadang dikaitkan dengan masa transisi, serta pencarian jati diri. 

Kali ini Kita akan berkaca pada Remaja di Zaman Rasulullah Sholallahu 'Alaihi wasallam


Jika kamu ingin melihat masa depan sebuah negara lihatlah pemuda-pemudinya pada hari ini (Sayyidina Ali r.a)


Begitulah qoutes atau sebuah kata-kata yang di ucapkan oleh seorang pemuda dimasa Rasulullah 

 

Yang menjadi tolak ukur kemajuan peradaban dilihat dari seorang pemuda nya..


Nah sekarang saya akan sharing kisah salah satu seorang pemuda yang Luar biasa kualitas keimanan nya.. 

Beliau adalah seorang remaja duta islam pertama. 

Nama nya Sayidina Mushab Bin Umair Radhiyallahu anhu.

Beliau di besarkan di lingkungan keluarga terpandang, dan kaya raya.

Tidak pernah mendapat kesulitan di manja orang tua nya dalam hidupnya penuh dengan kemegahan. 

Menjadi idola gadis-gadis hijjaz (sebelum saat ini menjadi mekah).


Suatu hari, anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan warga Makkah mengenai Muhammad Al-Amin, yang mengatakan dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, sebagai dai yang mengajak umat beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.

Maka pada suatu senja, didorong oleh kerinduannya, pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah SAW sering berkumpul dengan para sahabatnya, mengajarkan mereka ayat-ayat Alquran dan mengajak mereka beribadah kepada Allah Yang Maha Akbar.


Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, adalah seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat, Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti. Ketika Mush'ab memeluk Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri.


Bahkan walau seluruh penduduk Makkah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya, bagi Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah.


Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majelis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.


   

Dunia-islam Khazanah

Kisah Sahabat Nabi: Mush'ab bin Umair, Duta Islam yang Pertama

Selasa , 23 Aug 2011, 15:56 WIB

Ilustrasi

Blogspot.com

Ilustrasi

Red: cr01

REPUBLIKA.CO.ID, Mush'ab bin Umair salah seorang diantara para sahabat Nabi. Ia seorang remaja Quraisy terkemuka, gagah dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kemudaan.  Para ahli sejarah melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga kota Makkah yang mempunyai nama paling harum."


Mush'ab lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Mungkin tak seorang pun di antara anak-anak muda Makkah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya sebagaimana yang dialami Mush'ab bin Umair.


Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Makkah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan?


Suatu hari, anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan warga Makkah mengenai Muhammad Al-Amin, yang mengatakan dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai dai yang mengajak umat beribadah kepada Allah Yang Maha Esa.


Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.


Maka pada suatu senja, didorong oleh kerinduannya, pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah SAW sering berkumpul dengan para sahabatnya, mengajarkan mereka ayat-ayat Alquran dan mengajak mereka beribadah kepada Allah Yang Maha Akbar.


Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat Alqur'an mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran di kalbunya.


Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, adalah seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat, Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti. Ketika Mush'ab memeluk Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri.


Bahkan walau seluruh penduduk Makkah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya, bagi Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah.


Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majelis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.




Tetapi di kota Makkah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak. Kebetulan seorang yang bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad SAW. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.


Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Makkah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Alquran yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketakwaan.


Ketika sang ibu hendak membungkam mulut putranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai, ketika melihat cahaya yang membuat wajah putranya berseri cemerlang itu kian berwibawa. Karena rasa keibuannya, ibunda Mush'ab tak jadi menyakiti putranya. Dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya dengan rapat.


Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habasyah. Mendengar berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habasyah melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muslimin, lalu pulang ke Makkah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para sahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.


Pada Suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah SAW. Demi memandang Mush'ab, mereka menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka—pakaiannya sebelum masuk Islam—tak ubahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi.


Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati. Pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia, seraya berkata, "Dahulu aku lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."


Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Di samping itu, ia juga mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijrah Rasulullah sebagai peristiwa besar.


Sebenarnya, di kalangan sahabat ketika itu masih banyak yang lebih tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya kepada Mush'ab. Dan bukan tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan tugas amat penting ke atas pundak pemuda itu dan menyerahkan kepadanya tanggung jawab nasib Agama Islam di kota Madinah.



Mush'ab bin umair

 Mush'ab lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Mungkin tak seorang pun di antara anak-anak muda Makkah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya sebagaimana yang dialami Mush'ab

Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Makkah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan?


Suatu hari, anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan warga Makkah mengenai Muhammad Al-Amin, yang mengatakan dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai dai yang mengajak umat beribadah kepada Allah Yang Maha Esa.


Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.


Maka pada suatu senja, didorong oleh kerinduannya, pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah SAW sering berkumpul dengan para sahabatnya, mengajarkan mereka ayat-ayat Alquran dan mengajak mereka beribadah kepada Allah Yang Maha Akbar.


Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat Alqur'an mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran di kalbunya.


Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, adalah seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat, Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti. Ketika Mush'ab memeluk Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri.


Bahkan walau seluruh penduduk Makkah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya, bagi Mush'ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah.


Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majelis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.




Tetapi di kota Makkah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak. Kebetulan seorang yang bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad SAW. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.


Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Makkah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Alquran yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketakwaan.


Ketika sang ibu hendak membungkam mulut putranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai, ketika melihat cahaya yang membuat wajah putranya berseri cemerlang itu kian berwibawa. Karena rasa keibuannya, ibunda Mush'ab tak jadi menyakiti putranya. Dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya dengan rapat.


Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habasyah. Mendengar berita hijrah ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habasyah melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muslimin, lalu pulang ke Makkah. Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para sahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya.


Pada Suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah SAW. Demi memandang Mush'ab, mereka menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka—pakaiannya sebelum masuk Islam—tak ubahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan bau yang wangi.


Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti, disertai cinta kasih dan syukur dalam hati. Pada kedua bibirnya tersungging senyuman mulia, seraya berkata, "Dahulu aku lihat Mush'ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."


Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Di samping itu, ia juga mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijrah Rasulullah sebagai peristiwa besar.


Sebenarnya, di kalangan sahabat ketika itu masih banyak yang lebih tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya kepada Mush'ab. Dan bukan tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan tugas amat penting ke atas pundak pemuda itu dan menyerahkan kepadanya tanggung jawab nasib Agama Islam di kota Madinah.


Mush'ab memikul amant itu dengan bekal karunia Allah kepadanya, berupa pikiran yang cerdas dan budi yang luhur. Dengan sifat zuhud, kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk Madinah hingga mereka berduyun-duyun masuk Islam. Ketika tiba di Madinah pertama kali, ia mendapati kaum Muslimin tidak lebih dari dua belas orang, yakni hanya orang-orang yang telah baiat di bukit Aqabah. Namun beberapa bulan kemudian, meningkatlah jumlah orang-orang yang memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya.


Mush'ab memahami tugas dengan sepenuhnya, hingga tak terlanjur melampaui batas yang telah diterapkan. Ia sadar bahwa tugasnya adalah menyeru kepada Allah, menyampaikan berita gembira lahirnya suatu agama yang mengajak manusia mencapai hidayah Allah, membimbing mereka ke jalan yang lurus. Akhlaknya mengikuti pola hidup Rasulullah SAW yang diimaninya yang mengemban kewajiban hanya menyampaikan belaka. Demikianlah duta Rasulullah yang pertama itu telah mencapai hasil gemilang yang tiada taranya, suatu keberhasilan yang memang wajar dan layak diperolehnya.


Dalam Perang Uhud, Mush'ab bin Umair adalah salah seorang pahlawan dan pembawa bendera perang. Ketika situasi mulai gawat karena kaum Muslimin melupakan perintah Nabi, maka ia mengacungkan bendera setinggi-tingginya dan bertakbir sekeras-kerasnya, lalu maju menyerang musuh. Targetnya, untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan melupakan Rasulullah SAW. Dengan demikian ia membentuk barisan tentara dengan dirinya sendiri.


Tiba-tiba datang musuh bernama Ibnu Qumaiah dengan menunggang kuda, lalu menebas tangan Mush'ab hingga putus, sementara Mush'ab meneriakkan, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."


Maka Mush'ab memegang bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula. Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya ke dada sambil berucap, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."


Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan bendera jatuh. Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada.


Rasulullah bersama para sahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air matanya.


Tak sehelai pun kain untuk menutupi jasadnya selain sehelai burdah. Andai ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya, terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutuplah dengan rumput idzkhir!"


Kemudian sambil memandangi burdah yang digunakan untuk kain penutup itu, Rasulullah berkata, "Ketika di Makkah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadanya. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah."


Setelah melayangkan pandang, ke arah medan laga serta para syuhada, kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru, "Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa kalian semua adalah syuhada di sisi Allah!"


Kemudian sambil berpaling ke arah sahabat yang masih hidup, Rasulullah bersabda, "Hai manusia, berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka, serta ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang Muslim pun sampai hari kiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereka akan membalasnya."

Sendiri dalam Taat

 

Alhamdulillah dalam kesempatam kali ini saya akan membahas "Sendiri dalam Ta'at"

Awalnya sih bingung dulu sendiri dalam ta'at itu ana mikir ada dua versi gitu..

Versi sendiri benar-benar menyepi atau versi sendiri Jofisa? Tapi akhirnya saya ga jadi nanya 😁 jadinya saya putuskan bahas kedua nya..  😊 ini judulnya pun sangat menarik menurut saya 😍


Sendiri dalam Ta'at

Dari sini

Teringat kata-kata dari sayidina Ali bin Abi Tholib "Dirimu yang sebenarnya adalah apa yang kamu lakukan di saat tiada orang yang melihatmu" -Ali bin Abi Tholib"-

Nah gimana nih..  Memang pada saat sendiri itu gimana?  melakukan apa yang kita suka karna tidak ada siapapun.. Maka dari situ kita mulai renungi. Dirimu yang sebenarnya adalah apa yang kamu lakukan disaat tiada orang yang melihatmu, maka jangan bangga dulu saat orang lain menyanjungmu dengan berbagai macam kebaikan, jika saat sedang sendiri kamu tidak seperti yang mereka agung-agungkan. Karna kita tau siapa yang ada bersama kita saat sendiri, 

Iya..  Kita bersama dengan Allah Subhanahu Wata'ala nah itu dia bagaimana diri kita sebenarnya, bagaimana keimanan diri kita sebenarnya? Dari situ selain hanya Allah yang mengetahui tapi ini juga menjadi tolak ukur keimanan diri sendiri karna islam itu bukan hanya seolah tentang pehaman dan keyakinan tanpa di wujudkan dalam kehidupan nyata.  Nyatanya keimanan itu harus kita aplikasikan dengan amal sholeh. Saat sendiri itu amal sholeh kita itu bisa di ukur banyak apa benar karna Allah kah atau karna makhluk begitu juga apakah maksiat kah atau ibadah kah? Kita sadar diri kah?  Kita itu siapa? Kita itu milik Allah (inna Lillah) dan akan kembali pada Allah (inna ilaihi raaji'un)  sehingga tidak ada kemulian hidup kecuali sadar akan status sebagai Hamba-Nya yg mengemban amanah melaksanakan fungsi peran dan tugas agar mulia dihadapan Allah Subhanahu wata'ala.


Baik sahabat ku.. Kita sudah tau bagaimana kepribadian kita saat sendiri karna memang orang lain gatau mengapa mereka tidak tau karna Allah menutup aib kita, juga tentang ke sholihahan kita tidak ada yang tau selain Allah dan diri mengapa mereka tidak tau,  karna diri ini ingin menjaga kemurnian amal sholih kita hanya pada Allah. 

Ujian ketika sendiri itu berat, karna ketika sendiri setan itu mudah menjerumuskan dengan waktu luang, kesempatan, tidak ada yang mengawasi. 

Belum lagi ada saat nya sendiri bikin down, sedih, ada pikiran pikiran aneh,  halu..  Dsb.


Lalu bagaimana dengan seperti ini? 

Maka dari itu kita bangun ruhiyah kita, makhluk hidup pasti memiliki ruhiyah seandainya tidak ada ruh maka jasad kita merupakan jasad yang mati, pernahkan mendengar melihat seseorang itu bukan hanya dilihat dari fisiknya, atau pernah  dengar Don't Look be cover  begitulah keadaannya kita tidak bisa melihat seseorang hanya dari penampilannya saja tetapi bisa dilihat dari ruh nya..  yang kadang ada yang menyebutnya dengan jiwa, ada yang menyebutnya dengan hati, yang jelas itu adalah bagian yang tidak terlihat secara fisik namun bisa diri rasakan dan Allah saja yang tau

 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰٮهَا ۖ  فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا ۖ  قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰٮهَا ۖ   وَقَدْ خَا بَ مَنْ دَسّٰٮهَا ۗ 



"demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya."

(QS. Asy-Syams 91: Ayat 7 - 10)

Nah salah satu kutipan ayat tersebut dari  memberikan pembelajaran bagi kita agar senantiasa suka menjaga ruhiyah kita jadinya supaya kita beruntung maka kita menjaga ruh kita dan jangan sampai merugi karna tidak menjaga bahkan mengotori.   dalam ruh itu ada aqidah, akidah yang baik yaitu aqidah yang lurus dan kokoh sebalik nya aqidah yang lemah dan bengkok dapat merusak atau mengotori ruh kita. 

 Selain itu ada juga dari akhlak yaitu akhlak bagian terpenting akhlak juga merupakan salah satu tolak ukur kesempurnaan iman seseorang jika terawatnya ruh nya Seorang akan membuahkan bagus akhlak seorang Allah subhanahu wa ta'ala dan beberapa ayat senantiasa menggandengkan antara iman dengan berbuat baik Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pun ketika ditanya tentang siapa yang baik paling baik imannya ternyata jawab Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya (ahsanuhum khulsendir

Maka walaupun sendiri, kita menjaga aqidah kita serta akhlak kita. 

Senantiasa hati kita selalu bersih berfikir yang positif nggak halu terus juga akhlak Kita juga harus baik melakukan hal yang positif walaupun Saat Sendiri.

 Jadi walaupun saat sendiri jangan merasa aman merasa bebas ataupun merasa tidak ada yang mengawasi karena bagi seorang mukmin yang pastinya yakin bahwa Allah itu  melihat apa yang kita lakukan mengetahui apa yang ada dalam pikiran dan hati kita dan  ada malaikat yang siap mencatat.

Nah.. gimana dong apakah baik dalam keadaan sendiri terus? coba sendirinya Kenapa? Ini adalah sharing gimana mesti nya saat kita sendiri mungkin sebagian dari kita pengen ada me time.

Seperti yang dilakukan oleh nabi muhammad shalallahu 'alaihi wa salam saat itu sering ke pergi ke gua hiro untuk bertahanut,  untuk menyendiri berkhalwat kepada Allah menyendiri ke tempat sepi, dan terpisah dari riuh kehidupan dunia untuk berpikir merenungi, karena pada saat itu kondisi masyarakat Arab jahiliyah yang kacau, hingga saatnya mendapat Wahyu yang sudah kita ketahui yaitu Qur'an surat al-alaq 1-5 di situlah sejarah resmi mengatakan bahwa rasulullah muhammad Salallahu 'alaihi wa salam menjadi seorang rasul utusan terakhir.

Saat itu mereka orang-orang yang hanif yang masih berpegang teguh kepada ajaran nabi ibrohim dan nabi ismail mendapat titik temu yaitu rasul akhir zaman. Hingga mereka berdakwah dan sampai lah islam pada kita.

Nah dari situ rasulullah tak hanya berdiam diri saja berkhalwat ada saat nya beliau berdakwah.

Konsep ibadah dalam islam terbagi dua,  pertama ibadah mahdhah, yakni langsung berhubungan dengan Allah, seperti sholat, puasa, membaca Quran, haji umroh, dan lain-lain. manfaat dari ibadahnya hanya dirasakan oleh hamba yang melakukan ibadah tersebut saja, orang lain tidak mendapatkan manfaat dari salat puasa dan seluruh amalan yang bersifat pribadi tersebut.   nah Bagaimana jika terus menyendiri seperti itu apakah itu baik? Iya itu baik, namun jika terus-menerus tidak mau berjamaah berdiam diri saja tidak melakukan aktivitas maka itu sering disebut Soleh individual atau hanya sholeh sendirian, ada lagi selain ibadah mahdhah yaitu ibadah ghairu mahdhah yaitu itu, ibadah yang tidak langsung berhubungan dengan Allah subhanahu wa ta'ala misal makan, minum, tidur, bekerja, berdagang,  dan lain-lain senapas dengan ajaran Islam itu di sebut ibadah ghoiru mahdhoh, kadang zahirnya ibadah ghoiru mahdhoh seperti tidak sedang beribadah hanya seperti sedang memenuhi keinginan dan kebutuhan hidup namun manfaatnya dari ibadah tersebut dapat dirasakan oleh banyak orang inilah yang disebut ibadah sosial karena konsep sejatinya bahwa Seluruh aktivitas yang kita lakukan harus bernilai ibadah Mengapa?  Mengapa tujuan kita diciptakan di dunia adalah untuk beribadah seperti dalam surat Az Zariyat Ayat 56 bahwa Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah itu seperti apa?

 Ibadah itu adalah sebuah ketaatan kepada Allah, yang pertama diawali oleh niat karena Allah, niat mencari Ridha Allah, yang kedua ada perintahnya dalam ayat-ayat Alquran, ya seperti  pada perintahnya untuk bekerja, mencari ilmu, tidur, makan, menjalin silaturahmi, mengajak pada kebaikan dan lain sebagainya, ada perintahnya dalam Alquran, yang berikutnya harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah karena Rasulullah pun adalah seorang manusia sama seperti kita membutuhkan makan, minum, tidur, bersosialisasi,  berdagang,  mengembala, Nah lain lagi jika niat ibadahnya bukan karena Allah karena makhluk itu juga khawatir ujian berat juga bukan hanya sendiri terkadang melakukan amal saleh bersama tapi ingin dilihat orang lain, dipuji orang lain, atau nggak ikut karena takut nggak enak, nggak jadi anak soleh atau teman Sholihah, nah saat bersama teman pun teman sholeh pun tetap harus hati-hati sehingga sering sekali kita buat ngingetin Untuk meluruskan niat.

Gimana atuh mending sendiri ya? kalau sendiri kan emang terukur lurus karena Allah, karena tidak ada orang lain yang melihat?

 Iya sih tapi nggak seperti itu yang diajarkan oleh Rasul, seandainya ibadah rasul hanya ibadah mahdhah individual tidak sampailah ibadah kepada kita, tidak sampai lah nikmatnya iman dan islam kepada kita, kita juga ingin kan orang terdekat kita merasakan nikmatnya iman dan islam? Kan Islam yang masuk surga itu adalah Ahlul sunnah wal jama'ah.  Ga bisa kita sendirian. 

Selain itu juga saat berhijrah itu ada 2 aspek yang meski dijalani yaitu hijrah syaksiyah dan hijrah jama'ah, hijrah syaksiyah yang didalam nya ada (aqidah, akhlak, dan syariah), hijrah jama'ah yang didalam nya ada konsep pimpin memimpin, menjalankan amanah, gotong royong, tolong-menolong, saling membantu.

Seperti dikisahkan suatu ketika setelah pulang dari suatu peperangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam beristirahat bersama para sahabat titik dalam sebuah riwayat disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Bersabda, barangsiapa memiliki bekal berlebih maka hendaklah ia berbagi kepada sahabatnya. Barangsiapa Memiliki makanan dan minuman berlebih Hendaklah ia berbagi kepada sahabatnya. Barangsiapa memiliki pakaian berlebih Hendaklah ia berbagi kepada sahabatnya yang membutuhkan. "Karena ucapan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersebut sampai-sampai para sahabat mengira bahwa apapun yang berlebih harus diberikan, tidak boleh menyimpan sesuatu melebihi kebutuhan titik ucapan Rasulullah tersebut menandakan betapa penting kesalehan pribadi seorang muslim yang dibarengi dengan kesalehan sosial.

Nah ke pembahasan yang kedua Kayaknya  ada sebuah quotes dari Nanda Putra Pratomo katanya "Lebih baik sendiri dalam ta'at, daripada berdua dalam kubangan maksiat" sebelum masuk ke pembahasan jawab dalam hati ya Apakah anda jomblo? Apakah anda galau dengan status jomblo? Apakah anda ingin mengakhiri masa jomblo anda? Oke Di jawabnya dalam hati ya karena saat ini oleh panitia mengaturnya oleh admin saja.

 Banyak yang bilang Jomblo itu adalah Posisi dimanaseseorang dalam keadaan sendirian dan tidak memiliki pasangan Benarkah seperti itu? Jomblo itu bukanlah tentang kesendirian Jomblo itu identik dengan masa Penantian titik tapi intinya sendirian kan? Enggak!

 setiap manusia pada dasarnya tidak pernah sendiri dia selalu dipantau oleh Allah, serta dua malaikat pengawas yang berada di bahu kanan dan kirinya, yang bertugas untuk mencatat amal kebaikan yakni malaikat Raqib serta yang bertugas mencatat amal keburukan yakni Malaikat Atid. Jadi, kalau ada orang yang bilang bahwa Jomblo itu identik dengan kesendirian, jelas ini keliru. 

Okelah nggak sendirian, tapi nggak punya pasangan kan, tanda tanya enggak!

 setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan dalam surat al-hujurat ayat 13 Maka Jangan sekali-kali berpikir bahwa kita nggak punya pasangan kita ini hanya belum di pertemukan dan bukan berarti enggak memiliki pasangan titik Jadi pada intinya Jomblo itu identik dengan masa Penantian titik pokoknya.

 Jomblo itu masa di mana seorang yang belum dipertemukan dengan pasangannya terus memperbaiki diri gunanya Meraih Ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Insya Allah ketika Allah ridho dan kita sudah siap maka Allah akan gerakan hati kita dan dia untuk saling bertemu dan bersatu dalam cinta-Nya. 

Ya Buatlah Dirimu Berarti saat ini kan kita sedang berada dalam masa muda makanya kadang disebut masa muda adalah masa yang berapi-api Mengapa demikian? Karena pada fase ini, pikiran kita masih fresh, tenaga kita masih kuat dan keinginan kita untuk mencoba sesuatu sangatlah tinggi titik kalau kata saya, masa remaja adalah masa keemasan Mas masa-masa di mana kita mampu 

- menorehkan banyak prestasi

- menciptakan banyak karya

- menyebar banyak manfaat

- mencari berbagai pengalaman

- membahagiakan orang tua

-meraih impian sebanyak-banyaknya.

Oke sepakat kan? Sayangnya, kondisi tersebut sangatlah langka terjadi di remaja kita saat ini faktanya remaja kita saat ini lebih senang menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting seperti pacaran, pacaran, pacaran, dan pacaran. dari sekian aktivitas tersebut banyak yang kehilangan waktu berharga ini bahkan masa depannya. Nah sekarang kita berada dalam sebuah dilematika Pada masa ini saya menempatkan seseorang ke dalam tiga golongan yaitu  golongan kiri golongan Tengah golongan kanan apa maksudnya tiga golongan itu bila diperinci maka akan menjadi seperti pacaran jomblo nikah kita akan melihat golongan kiri Ini diisi oleh mereka orang yang berpacaran golongan Tengah di diisi oleh mereka yang jomblo dan golongan kanan di sisi mereka yang sudah menikah paham Bagi saya semua manusia itu awalnya berada di golongan yang sama yakni golongan Tengah namun semakin bertambahnya usia golongan Tengah akan mengalami dilematika dalam hidupnya yang pada akhirnya akan menentukan apakah mereka akan tetap teguh pada pendiriannya untuk terus menjadi golongan tengah atau hijrah ke tempat golongan kiri atau malah pindah tempat golongan kanan ini semua yang akan menjadi pilihan Anda suatu hari nanti sebagai golongan Tengah Dilema? memang tapi mau nggak mau ada harus siap menentukan pilihan.

 Nah untuk kalian golongan Tengah harus hati-hati dengan ajakan atau seruan dari golongan kiri Karena saat ini mereka ada dimana-mana perlahan mereka menyebarkan ajakannya dalam bentuk apa dalam bentuk mengumbar kemesraan di televisi, postingan di sosial media, berduaan di tempat, umum Lantas apa yang mesti kita lakukan sebagai golongan Tengah? ada beberapa cara yang saya rekomendasikan 

1. Minimalisir waktu menonton TV

Lakukan seperlunya :

Gunakan waktu anda untuk melakukan hal-hal seperti : ibadah mahdhoh, maupun ghoiru mahdhoh, mengerjakan tugas, baca buku, bersilaturahmi, berdagang,bekerja, membantu orang tua,  membantu lingkungan sekitar. 

2. Minimalisir waktu bermain gadget

Sama seperti TV penggunaan gadget pun mesti di minimalisir

3. Saring konten, saringlah konten yang ada di gadget anda terutama sosmed ambil baiknya buang buruknya

4. Sharing hal bermanfaat lewat gadget kita supaya bisa menghempas golongan kiri

5. Menundukan pandangan, bukan berarti sepanjang jalan harus tunduk terus nanti ketabrak hehe.. Maksudnya disini tundukan pandangan dari hal hal yang membuat kita berdosa. 

Skema golongan kiri